Rabu, 06 Oktober 2010

Untung Antara Saham Harum Energy atau Berau

Produksi batu bara Indonesia diperkirakan turun hingga 20 persen tahun ini dari target awal 254 juta ton karena hujan lebat. Pada semester I-2010, produksi batu bara baru mencapai 115 juta ton.

Meski demikian, pelaku pasar percaya sektor komoditas khususnya batu bara akan bullish. "Komoditas Indonesia bullish sampai tahun depan," kata Direktur Utama PT Ciptadana Securities, Ferry Budiman Tanja, di Jakarta, Rabu 6 Oktober 2010.
Untung  Antara Saham Harum Energy atau Berau


Optimisme masih akan menariknya bisnis di industri batu bara itu dimanfaatkan dua penghasil batu bara Indonesia untuk melepas saham mereka ke pasar. Mereka adalah PT Berau Coal Energy Tbk dan PT Harum Energy Tbk.
Harum Energy
Hari ini, Harum Energy melepas sebanyak 18,5 persen saham. Dalam tiga menit pertama perdagangan, saham berkode HRUM itu mencetak harga tertinggi Rp6.250. Namun, posisi itu tidak bertahan lama sebelum sempat tergelincir ke posisi Rp5.450.

Kenaikan harga yang tidak terlalu besar pada saham Harum Energy dinilai analis PT Eco Capital Securities, Cece Ridwan, karena saham yang beredar terlalu banyak. "Saham yang seharusnya di-lock, malah dibuka. Jadi, orang mencari sahamnya lebih mudah, sehingga harga susah naik," kata dia kepada VIVAnews.

Selain melepas saham perdana, Harum Energy juga menawarkan saham greenshoe dengan harga penawaran yang sama. Saham greenshoe yang dilepas sebanyak 10 persen dari 500 juta saham.

Harum yang merupakan perusahaan grup Tanito Coal itu melepas saham sebanyak 500 juta unit dengan harga penawaran Rp5.200 per saham. Ciptadana Securities selaku penjamin pelaksana emisi menyatakan perseroan membukukan dana sekitar Rp1,04 triliun dari penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Perolehan dana tersebut jauh di bawah target semula yang ditaksir US$200-300 juta. Namun, Ferry menilai perolehan dana tersebut sesuai dengan target perseroan. "Memang perusahaan hanya membutuhkan dana sebesar itu," ujar dia.
Berau Coal Energy
Sementara itu, emiten sejenis di sektor batu bara yang juga mencatatkan sahamnya Agustus tahun ini, Berau Coal Energy harga sahamnya langsung melesat dan menyentuh level Rp445 pada hari pertama perdagangan.

Harga tersebut naik 45 poin dari harga perdana Rp400 per unit. Saham perseroan saat itu sempat menyentuh level tertinggi Rp550.

Bahkan, saat transaksi perdana, saham berkode BRAU tersebut mengalami auto rejection karena harga meningkat 35 persen dari penawaran awal.

Berau melepas sebanyak 3,4 miliar saham biasa atau setara sembilan persen dengan nilai nominal Rp100 per saham. Dana yang diperoleh dari penawaran umum perdana sebesar Rp1,36 triliun.

Meski dari harga saham, Harum Energy lebih mahal, Cece mengatakan kemampuan produksi batu bara Harum jauh lebih rendah dibanding Berau Coal Energy. "Ini akan mempengaruhi perolehan laba di akhir tahun," ujar dia.

Berau Coal Energy menargetkan produksi batu bara sebanyak 10 juta
ton tahun ini. Sementara itu, Harum Energy menargetkan produksi 7,4 juta ton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar