Rabu, 23 Juni 2010

FAIL NEWS Wawancara Dengan Pemburu Hantu

K: “Pak Ustadz, bisa tolong diceritakan suka duka Anda selama menjadi pemburu hantu?”
R: “Ya, alhamdulillah, saya lebih banyak merasakan sukanya dari pada dukanya. Dukanya tetap ada, misalnya ketika hantu yang saya tangkap dan masukkan ke dalam botol kemudian lepas lagi. Atau hantunya mabok karena botolnya bekas minuman keras. Tapi semua itu tidak begitu menjadi beban buat saya.”

K: “Oh iya, Pak, bicara mengenai botol, banyak masyarakat yang bertanya-tanya, apakah benar hantu bisa dikurung di dalam botol?”
R: “Oh, soal itu ya. Tadinya kami mau pakai vacuum cleaner, tapi nanti takut dikira nyontek Ghostbuster. Jadi saya pakai solusi yang lebih murah dan praktis. Dan bukan berarti hantu itu ada di dalam botol lho, itu kan cuma secara simbolik saja. Maksud saya, gimana orang-orang bisa percaya kalau kami udah nangkap hantunya kalau nggak ada bukti fisiknya? Masa’ iya, saya bilang, ‘Pak, Bu, hantunya udah kami tangkap, tapi nggak kelihatan’, kan nggak mungkin. Jadi saya bilang aja ‘Pak, Bu, hantunya udah kami tangkap, ini ada di dalam botol’, begitu kan lebih meyakinkan. Iya toh?”

K: “Lalu Pak Ustadz, soal doa-doa, doa apa yang biasa Bapak pakai untuk menangkap hantu? Ayat Kursi?”
R: “Ayat Kursi? Hmmm…, kalau itu saya agak-agak kurang hapal Mbak. Gini deh, sebenarnya doa apapun kan nggak masalah. Orang-orang yang kurang berpendidikan dan bodoh-bodoh itu kan biasanya bakal percaya apapun yang diucapkan dalam Bahasa Arab, jadi yang penting ada Bahasa Arabnya. Biasanya sih saya paling baca ‘Bismillahirrohmanirrohim. Id ‘anam yaro’ yaro’ id hawas! Allahu akbar!’ sebanyak tiga puluh tiga kali. Itu udah cukup kok supaya kami masuk tipi.”
K: (Dalam Hati) "Id ‘anam yaro’ yaro’ id hawas!" itu kan "Di mana oray? Oray di sawah!"
K: “Lalu bagaimana dengan aksi-aksi akrobatik yang sering Bapak dan tim Bapak lakukan saat penangkapan? Apakah itu harus?”
R: “(tertawa) Bukan masalah harus atau nggaknya Mbak. Sekarang saya tanya deh, kenapa orang yang main musik di panggung harus jingkrak-jingkrak? Apa nggak bisa main musik sambil diam aja? Bisa kan? Tapi itu namanya kan aksi panggung, Mbak. Atraksi untuk menarik penonton. Kami juga punya koreografernya lho. Kami pakai gerakan silat supaya kelihatan macho aja…, kalau pakai gerakan Tori-Tori Cheese kracker kan malah jadi aneh, bisa-bisa kami diketawain (tertawa lagi).”

K: “Bagaimana kalau ada penonton yang skeptik dan menganggap bahwa acara Bapak adalah rekayasa atau pembohongan publik?”
R: “Ah, gampang itu. Tinggal pasang saja tulisan kelap-kelip di sudut layar ‘ADEGAN INI MURNI BUKAN REKAYASA’. Saya yakin semua yang nonton pasti langsung percaya. Siapa sih yang nggak percaya tulisan merah yang kedap-kedip?”

K: “Apa tanggapan Pak Ustadz dengan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa acara Bapak adalah acara syirik dan tidak Islami?”
R: “Lho! Kami ini kan pakai sorban! Pakai baju gamis! Kurang Islami gimana?”

K: “Terima kasih atas wawancaranya.”
R: “Ruangan kantor KibulPos ini banyak hantunya Mbak, sebaiknya segera kami tangkap, harga promosi kok (sambil mengeluarkan satu krat botol kosong).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar